Dalam acara itu mahasiswa Fakultas Hukum lintas agama juga mendeklarasikan gerakan sejiwa Pancasila yang berbasis pada pengembangan sikap toleransi. Direktur The Wahid Foundation, Mujtaba Hamdi, mengatakan sikap intoleransi sudah mengkhawatirkan. Salah satu bentuknya adalah ujaran kebencian. Dalam skala 1-16, ujaran kebencian berada pada skala 15, disusul intimidasi dan ancaman dalam skala 9.
Baca Juga: detak jantung normal per menit
Pelaku intoleransi, kata Mujtaba, termasuk juga orang berpendidikan. Ia lalu mencontohkan kasus penemuan bahan bom di salah satu kampus perguruan tinggi negeri di Riau.
Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Indonesia, Jimy Asshiddiqie juga menyinggung masuknya pandangan-pandangan intoleran masuk kampus. Irrasionalitas masuk ke dunia perguruan tinggi. Jimly mengaitkan situasi itu dengan sikap dosen yang cenderung terbawa arus individualisme.
Kewajiban dosen harus membuat artikel masuk Scopus membuat dosen sibuk mempromosikan dirinya, dan lambat laun membentuk karakter mementingkan diri sendiri alias nafsi-nafsi. Sebaliknya, inovasi dan kreativitas makin berkurang. Situasi inilah antara lain yang memperlebar pintu masuknya intoleransi.
Artikel Terkait: TekananDarah Normal berdasarkanusia
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu lantas mengapresiasi langkah mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia yang memprakarsai gerakan sejiwa Pancasila. Kampus Fakultas Hukum berperan menjaga kebhinnekaan.
Para pendiri negara yang berlatar belakang hukum telah memperlihatkan pandangan toleran sehingga persatuan nasional terjaga hingga sekarang. Karena itu, Jimly berharap gerakan serupa berkembang ke fakultas lain di UI, dan perguruan tinggi lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar