Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup terkoreksi tipis pada perdagangan pada hari paling akhir Maret serta kuartal I-2019, di dalam sepinya transaksi serta sepinya sentimen yang menggerakkan pasar mendekati pilpres dalam 2 minggu ke depan.
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu bersamaan dengan koreksi yang berlangsung di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lainnya.
Data Refinitiv tunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri referensi (benchmark) yang sekaligus juga meningkatkan tingkat imbal akhirnya (yield).
Gerakan harga serta yield obligasi sama-sama berlainan di pasar sekunder.
Yield pula lebih umum jadikan referensi transaksi obligasi dibandingkan harga sebab menggambarkan coupon, tenor, serta resiko pada sebuah angka.
SUN ialah surat bernilai negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya sangat ramai di pasar domestik, hingga bisa menggambarkan situasi pasar obligasi pada umumnya.
Ke empat seri sebagai referensi itu ialah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, serta FR0075 bertenor 30 tahun.
Baca Juga: arti Afiliasi
Seri referensi yang sangat melemah ialah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan kenaikan yield 2,3 basis point (bps) jadi 8,12%. Besaran 100 bps sama dengan 1%. Tiga seri referensi lainnya pula kompak terkoreksi.
Artikel Terbaru: pengertian Obligasi
Head of Fixed Penghasilan PT Maybank Asset Management J. Richard Nadapdap memandang pasar obligasi tengah sepi transaksi sebab relatif menanti momen pilpres.
"Benar, tengah menuggu pemilu," katanya sore hari ini.
Situasi sepi sentimen masih tetap berlangsung sebab di luar negeri sentimen dari perang dagang serta Brexit dan perkiraan krisis ekonomi belum juga cukuplah kuat menggerakkan pasar global serta pasar surat utang dalam negeri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar