Kamis, 08 November 2018

Potret Demokrasi dan Gerakan Mahasiswa di Era Digital

Cukup banyak peluang yang bisa diambil dengan memanfaatkan kecerdasan intelektual dan pengkaderan, itu adalah modal awal yang kemudian akan mengantarkan gerakan mahasiswa menjadi gerakan yang benar-benar memiliki positioning bargaining yang cukup tinggi namun bukan untuk “diperjualbelikan”.
Berdasarkan tiga tren di atas, saya sebagai mahasiswa tertarik untuk membicarakan tentang gerakan berbasis riset mengingat ujung dari perkuliahan atau salah satu syarat mahasiswa agar lulus menjadi sarjana adalah meneliti dan menuliskan hasil penelitiannya yang sering kita sebuat tugas akhir atau skripsi. Kerap para aktivis gerakan karena sibuk dengan organisasinya sampai terlambat menuntaskan skripsinya, konsekuensi logisnya tidak lulus tepat pada waktunya atau bahkan DO.

Baca Juga: demokrasi liberal 

Ini yang terkadang membuat miris, bagaimana seorang aktivis gerakan yang selalu mengkritisi upaya zalim rezim terhadap rakyatnya tapi tidak disiplin terhadap dirinya. Nah, jika mahasiswa atau aktivis gerakan mahasiswa menyadari bahwa disipilin ilmunya pada jurusan tertentu itu merupakan bentuk kompetensi atau kemampuannya ke depan.

Baca Juga: pengertian pancasila

Sudah saatnya, mahasiswa melakukan riset dari kompetensinya dan riset itu wujudnya bisa saja berupa kontribusi pemikiran dan gagasan mahasiswa terhadap satu fenomena permasalahan sosial. Misal saja, mahasiswa di jurusan pendidikan, nah risetlah tentang kebijakan-kebijakan pendidikan yang zalim dan mencederai rakyat. Tentu sambil meriset sambil bergerak. Sehingga tugas akhirnya atau risetnya menjadi bermanfaat.

Artikel Terkait: sistem pemerintahan

Di era digital saat ini sepertinya sangat mudah melakukan aksi-aksi kontrol sosial. Ada banyak contoh isu atau permasalahan yang terangkat di era digital ini dengan akun-akun media sosial yang dimiliki.
Di era digital ini memang ada sisi negatif dan positifnya. Sisi positif yang bisa diambil gerakan mahasiswa jika sepakat dengan gerakan mahasiswa berbasis riset tadi bisa dimanfaatkan untuk melakukan gerakan-gerakan yang melibatkan banyak pihak dalam melakukan daya kontrol sosialnya.
Artinya, di tengah arus demokrasi yang sedemikian panjang, gerakan mahasiswa harus mengambil peran-peran positif di era digital seperti saat ini. Tidak sulit bagi mahasiswa untuk melakukan gerakan dan menguatkan daya kontrolnya kepada pemerintah. Semua orang bisa mendapatkan informasi dengan cepat dan mudah. Semoga gerakan mahasiswa menyadari hal ini. Hidup mahasiswa!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar