Kamis, 14 November 2019

Alasan Singapura Kembangkan Model Pabrik Serba Digital untuk UKM

Murali Das hanya cukup menekan satu tombol agar robot mobil mini itu mengikuti perintahnya. Satu klik saja, robot tersebut langsung bergerak lincah mengangkut satu set sekrup dan baut yang ada tak jauh dari posisinya.
Baca Juga: harga wallpaper dinding
"Robot ini diprogram untuk memindahkan barang secara otomatis," ujar pria keturunan India ini di pusat pengembangan teknologi pabrik pintar atau Advance Remanufacturing and Technology Centre di Singapura, Selasa sore, 12 November 2019.
Selain di lantai satu, di gedung lantai dua yang luasnya hampir satu kali lapangan bola itu dibangun sejumlah mesin pabrik berbasis platform digital untuk pengembangan industri manufaktur Singapura. Mesin robot itu memiliki fungsi masing-masing sesuai dengan kebutuhan pabrik. Kawasan ini menjadi model penerapan teknologi pabrik industri 4.0. "Semua dikendalikan secara digital," ujar Anikath.
Di lantai dua juga terdapat ruang pengawasan untuk memastikan setiap robot bekerja sesuai dengan fungsinya. Karena sistemnya sudah didesain secara digital, kata dia, pekerjaan robot ini sesuai dengan order yang direncanakan.
Ada beberapa kamera yang terhubung ke ruang kontrol untuk memastikan pekerjaan sesuai dengan pesanan. "Untuk satu pesanan pembuatan satu set alat-alat kecil seperti baut, misalnya, butuh enam sampai sepuluh menit," katanya.
Artikel Terkait: harga batu alam
Pemerintah Singapura melalui Kementerian Perdagangan dan Industri memang tengah mengembangkan model pabrik dari konvensional menuju industri cerdas 4.0. Teknologi industri generasi keempat ini menggunakan superkomputer, robot pintar, kendaraan tanpa pengemudi, editing genetik hingga perkembangan neurologiteknologi yang akan menjadikan pabrik berjalan tanpa banyak sentuhan tenaga manusia.
Proyek Kementerian Perdagangan dan Industri ini dikelola Agency for Science, Tecknology, dan Research (A*STAR). Badan yang dibentuk 1991 ini yang menjadi ujung tombak untuk riset dan pengembangan teknologi Industri 4.0. Badan inilah yang menjadi jembatan antara riset dan industri untuk bersama-sama menerapkan pabrik pintar di era industri 4.0.
“Kami bekerja sama dengan sejumlah perusahaan untuk riset dan penerapan teknologi industri pabrik ini,” ujar Hazel Khoo, Execituve Director, Agency for Science, Technology, dan Research di kantornya Selasa, 12 November 2019.
Untuk menggandeng perusahaan, A*STAR kemudian membangun pusat pengembangan teknologi pabrik pintar atau The Advanced Remanufacturing and Technology Centre (ARTC). Kerjasama dalam bentuk konsorsium ini kini sudah beranggotakan 70 perusahaan multinasional dan perusahaan kecil di Singapura seperti Rolls-Royce, IHI, National Instruments, Shell, Nestle, P&G, and Siemens.
Model pabrik ini juga akan menjadi pembelajaran bagi usaha kecil, mikro dan menengah. “Singapura khususnya fokus ke sektor manufaktur karena kontribusinya pada 20-21 persen pada Produk Domestik Bruto(PDB),” ujar Hazel.
Indonesia sudah menjalin kerjasama dengan pemerintah Singapura untuk menyiapkan industri nasional menuju industri 4.0 Ada lima sektor unggulan yang akan segera menuju industri 4.0 yakni otomotif, elektronik, tekstil, kimia, dan makanan.
Ada juga sepuluh program prioritas nasional untuk menghadapi revolusi industri 4.0. Antara lain penguatan usaha kecil menengah atau UKM, peningkatan kompetensi sumber daya manusia, dan penciptaan ekosistem industri berbasis digital.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar